LEBONG – Tingkat pengangguran di Kabupaten Lebong dikabarkan menurun, namun penurunannya terbilang tipis. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah pengangguran tahun 2024 mencapai 1.536 orang atau 2,55 persen, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,72 persen atau sekitar 1.588 orang.
Kepala BPS Lebong, Rudi Setiawan, S.ST., M.M., melalui Statistisi Ahli Pertama, Ikhlasul Fajri, S.ST, menegaskan, data tersebut masih bersandar pada hasil survei 2024.
“Untuk tahun 2025, datanya belum bisa dirilis. Proses survei, pengolahan, dan validasi masih berlangsung, kemungkinan baru bisa diumumkan November nanti,” jelasnya, saat dikonfirmasi gobengkulu.com, Senin (29/9/2025).
Meski angka pengangguran menurun, temuan lapangan justru memunculkan ironi. Dari total 1.536 penganggur, sekitar 600 orang adalah lulusan SMA hingga sarjana. Artinya, pendidikan tinggi yang mestinya membuka peluang, justru banyak melahirkan pencari kerja yang belum terserap.
“Lapangan pekerjaan terbatas, sementara kompetensi lulusan sering kali tidak sesuai kebutuhan pasar. Bahkan, sektor pertanian yang bisa jadi solusi, kerap ditinggalkan hanya karena alasan gengsi,” ujar Ikhlasul.
Fenomena ini menyingkap problem klasik, gengsi lebih tinggi dari realitas. Banyak lulusan enggan menggeluti pekerjaan di sektor riil, padahal peluang terbuka luas. Akibatnya, ijazah tinggi tidak otomatis menjamin kemandirian ekonomi.
Ikhlasul pun mengingatkan, agar masyarakat pencari kerja, khususnya lulusan SMA dan perguruan tinggi, dapat meningkatkan kompetensi dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja
“Cari kerja sesuai kompetensi, jangan terjebak gengsi. Lulusan SMA dan sarjana harus benar-benar siap bersaing agar bisa terserap pasar kerja.” pungkasnya.
Dengan demikian, penurunan pengangguran di Lebong bukan berarti masalah selesai. Selama mentalitas bergengsi masih lebih kuat daripada kesiapan berkompetensi, angka pengangguran berpotensi stagnan di kisaran yang sama. (PLS)














