GO BENGKULU, LEBONG – Luar biasa gebrakan yang dilakukan oleh Bupati Lebong, Kopli Ansori, untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Salah satunya adalah mendirikan posko penyekatan di 2 pintu masuk Kabupaten Lebong yang terletak di Desa Tik Tebing dan Desa Bio Sengok. Posko yang didirikan sejak 21 Juli lalu ini berbeda dengan posko penyekatan biasanya, setiap pengunjung yang akan masuk ke Kabupaten Lebong diwajibkan swab di tempat tanpa dipungut biaya. Tujuannya untuk memastikan siapa saja yang akan masuk ke Kabupaten Lebong harus dalam keadaan sehat.
Tapi rupanya gebrakan bupati termuda di Provinsi Bengkulu ini tidak berjalan mulus, baru berjalan 2 pekan saja, alat swab antigen yang disediakan sebanyak 10 ribu pcs habis dan anggaran untuk belanja Covid-19 pun kabarnya mulai menipis. Kepala Dinas Kesehatan Lebong, Rahman, SKM, saat menghadiri rapat evaluasi tim Satgas Covid-19 pada 4 Agustus lalu, mengatakan, 10 ribu pcs alat swab tersebut habis untuk 2 posko dan ada juga yang digunakan untuk tracking ke desa-desa. Dia memastikan dalam waktu dekat alat swab akan segera datang dan dia mengaku sudah memesan 1 ribu pcs lagi.
“Habis untuk 2 posko sekitar 8 ribuan, selebihnya ada yang kita pakai untuk tracking. Kami sudah belanja lagi sekitar 1 ribu pcs, mungkin dalam waktu dekat ini akan datang, paling lama 3 hari,” ujar Rachman, saat dibincangi awak gobengkulu.com, seusai menghadiri rapat evaluasi tim Satgas Covid-19, 4 Agustus lalu.
Sejak habisnya alat swab yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Lebong tersebut, petugas di posko mulai tampak tak bersemangat dan tidak maksimal mengerjakan tugasnya. Padahal sebelumnya dalam rapat evaluasi disepakati, hingga alat swab yang dipesan oleh Dinas Kesehatan datang lagi, petugas tetap memberhentikan setiap pengunjung yang akan masuk ke Kabupaten Lebong dan dilakukan screening, yakni pemeriksaan suhu badan.
Tapi kesepakatan tersebut sepertinya hanya untuk menyenangkan bupati selaku ketua gugus tugas Covid-19 Kabupaten Lebong, fakta di lapangan petugas lebih banyak duduk santai di posko tanpa memberhentikan para pengendara yang lewat sehingga bebas masuk ke Kabupaten Lebong tanpa pemeriksaan. Parahnya lagi, petugas lebih banyak tidur sembari menunggu jam pergantian shift.
Pantauan awak gobengkulu.com, pada Senin (16/8), sejak pukul 13.00 WIB, di posko penyekatan Desa Bioa Sengok hanya terdapat 1 orang petugas yang mengenakan seragam Perhubungan. Selang beberapa jam kemudian, tiba lagi 2 anggota TNI dan 2 anggota Polri yang mengaku baru saja istirahat makan. Hingga pukul 14.00 WIB petugas lain tak kunjung tiba di posko.
Sekitar pukul 14.30 barulah tiba beberapa petugas lain dengan raut muka kusam tampak seperti baru bangun tidur. Ironisnya, sesekali tampak petugas memberhentikan kendaraan yang lewat, tapi sayang, penyetopan tersebut hanya untuk dokumentasi foto untuk dijadikan laporan ke atasan. Setelah diambil dokumentasi pengendara disuruh melanjutkan perjalanan tanpa pemeriksaan.
“Icak-icak bae, untuk dokumentasi. Alat swab habis, petugas kesehatan tidak ada, jadi apa guna kami nyetop,” kata salah satu penjaga posko.
Petugas yang berjaga di posko mengaku sudah hampir 10 hari alat swab habis, dan mereka hanya melakukan sreening saja kepada setiap pengendara yang akan masuk ke Kabupaten Lebong.
“Sejak tanggal 6 Agustus lalu alat swab di sini sudah habis. Jadi untuk sementara kami hanya melakukan penjagaan seperlunya saja,” ungkapnya lagi.
Selang beberapa waktu, sekitar pukul 16.00 WIB, alat swab tiba di posko Bioa Sengok. Alat swab tersebut dikirim oleh Dinas Kesehatan dengan menggunakan angkutan umum (Travel). Terpantau, alat swab yang dikirim sebanyak 18 dus atau sebanyak 360 pcs. Tapi sayang, kendati alat swab sudah tiba di posko, petugas tetap saja tidak melakukan penyetopan terhadap kendaraan yang melintas dan mengatakan akan mulai swab kembali besok pagi. (YF)