GO BENGKULU, LEBONG – Kabupaten Lebong saat ini tengah dihebohkan dengan isu peningkatan kasus positif Covid-19. Tidak tanggung-tanggung, pada Jumat (16/4) sore, Dinas Kesehatan Lebong kembali mengumumkan penambahan kasus Covid-19 di Kabupaten Lebong sebanyak 27 kasus, itu pun sebagian besar adalah ASN yang bekerja di lingkup Pemkab Lebong dan ada sekitar 6 orang di antaranya sudah divaksin Covid-19. Dengan penambahan jumlah tersebut, berarti terhitung sejak tanggal 23 Juli tahun 2020 hingga 16 April 2021 kasus Covid-19 di Kabupaten Lebong berjumlah 81 kasus
Masyarakat sempat diresahkan dengan informasi tersebut tambah lagi pasien yang dinyatakan positif ternyata hanya dianjurkan untuk isolasi mandiri di rumah tanpa ada perawatan khusus oleh tim medis.
“Tidak ada yang dirawat, semua masih isolasi mandiri di rumah saja. Rata-rata mereka tidak ada gejala,” kata Kepala Dinas Kesehatan Lebong, Rachman, SKM, saat dikonfirmasi Sabtu (17/4) sore.
Rachman juga menyebut, pasien positif corona yang dirawat itu jika pasien mengalami gangguan pernafasan. Tapi untuk kasus di Kabupaten Lebong tidak ada yang begitu, mereka semuanya rata-rata tanpa gejala.
“Mereka isolasi mandiri di rumah aja dan selalu kita dipantau, keluarganya juga kita tracking,” tambah Rachman.
Terkait hal itu, salah satu warga masyarakat Lebong, Tukin, yang juga merupakan korban PHK dampak virus Covid-19, ikut berceloteh. Menurutnya, jika memang benar virus corona itu ada dan berbahaya, apa tidak beresiko membiarkan pasien positif tinggal satu rumah dengan keluarganya yang lain.
Apa keluarga pasien bisa dipastikan tidak kontak langsung dengan pasien yang dinyatakan positif itu. Kemudian keluarga yang mengurus pasien, apakah mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sudah standar? Lalu apakah keluarga pasien yang dinyatakan positif juga ikut mengisolasi diri tanpa melakukan aktivitas di luar rumah?
“Katonyo virus corona tu cak bahayo nian, tapi kalu nengok cak iko berarti idak ado bahayo nian. Berentilah nakut-nakuti masyarakat tu, orang nak cari makan. Ini idak boleh itu idak boleh banyak igo gaya,” cetusnya dengan logat bahasa daerah setempat.
Dia juga mempertanyakan kemana uang miliaran rupiah yang dianggarkan untuk penanganan Covid-19 selama ini. Sejak 2 tahun terakhir keuangan negara morat-marit, hampir semua kegiatan dihentikan, pembangunan dihentikan, semua anggaran dialihkan untuk penanganan Covid-19. Rakyat menderita, perputaran ekonomi tersendat, banyak usaha yang tutup, banyak pekerja yang di PHK hanya gara-gara virus yang katanya mematikan ini.
“Kemano duit tu, kok saat ado pasien positif cak ini cuma disuruh di rumah ajo, jadi duit yang dipangkas selamo iko untuk apo,” celotehnya lagi.
Lanjut Tukin, saat baru-baru diisukan corona dulu, semua orang ditakut-takuti, virus corona disebut-sebut seperti monster pembunuh. Pasien harus diisolasi di tempat khusus dan dengan penanganan khusus. Tapi sekarang kok biasa saja, malah pasien yang dinyatakan positif bisa isolasi mandiri satu rumah dengan keluarga tanpa dirawat oleh tim medis dengan APD lengkap.
“Kalau baru-baru dulu, orang yang sudah mati saja kalu diisukan corona kito dak boleh ndekat. Proses pemakamanpun oleh orang khusus di tempat yang khusus pula, tapi kok sekarang malah beda yo, apo virusnyo lah berubah jenis kelamin,” ungkapnya seolah mengejek. (YF)