/
/
headlineLebong

Harga Kedelai Meroket, Pengrajin Tempe Gelar Aksi Mogok Massal

309
×

Harga Kedelai Meroket, Pengrajin Tempe Gelar Aksi Mogok Massal

Sebarkan artikel ini
pengrajin tempe

GO BENGKULU, LEBONG – Puluhan pengrajin tempe dan tahu di Kabupaten Lebong berkumpul di salah satu rumah rekannya, Subekti, di Desa Gandung Baru, Kecamatan Lebong Utara. Pertemuan yang digelar pada Senin (8/2/2021) malam, sekira pukul 20.00 WIB ini bertujuan untuk menyatukan suara melakukan aksi mogok massal.

Aksi mogok massal ini dilakukannya sebagai wujud kekesalannya terhadap harga kacang kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe dan tahu belakangan terakhir kian melonjak. Bukan hanya sekali, para pengrajin tempe dan tahu ini mengaku dalam satu minggu hampir setiap hari harga kacang meroket bahkan harganya pun mulai tak masuk akal mencapai Rp 11 ribu per kilogram. Harga demikian itu menurutnya tidak sebanding dengan harga pasaran tempe dan tahu saat ini. Para pengrajin tempe yang berasal dari berbagai penjuru di wilayah Kabupaten Lebong ini mengaku akan melakukan aksi mogok massal selama 2 hari, yakni, Selasa (9/2/2021) dan Rabu.

Seperti diungkapkan oleh Subekti, selama dua hari itu pihaknya tidak akan produksi dan tidak akan berjualan tempe dan tahu di pasaran. Setelahnya, Kamis (11/2/2021). mereka akan berjualan kembali seperti biasa dengan pola harga jual yang berbeda dari sebelumnya, dan akan menyesuaikan harga beli kacang saat ini.

“Kalau tetap bertahan seperti ini, lama-lama bisa bangkrut kami. Kita akan lakukan mogok massal selama 2 hari, Selasa dan Rabu, setelah itu nanti kita akan produksi dan jualan lagi tapi dengan harga baru. Naik, tapi tidak begitu drastis, mungkin selama ini kita jual 10 ribu 7, besok Kamis kita akan jual 10 ribu, 6,” ungkap Subekti, dengan istilahnya.

Dia juga mengatakan, dengan digelarnya mogok massal ini diharapkan akan ada perhatian dari pemerintah terkait kestabilan harga kacang sehingga para pedagang tempe dan tahu tidak menjerit, apa lagi di zaman serba sulit di tengah penyebaran wabah virus Covid-19  saat ini.

Selain itu, lanjutnya, aksi mogok massal dilakukannya sebagai wujud curhatan kepada masyarakat (Konsumen, red) terhadap apa yang dialami para pengrajin tempe dan tahu saat ini. Dia berharap dengan kondisi sekarang ini masyarakat bisa mengerti dan tidak menilai ada permainan harga secara sepihak oleh penjual.

“Kami harap para konsumen bisa mengerti, bukannya kami asal naikkan harga tapi inilah keadaannya sekarang. Kalau kami tidak menyesuaikan harga, bisa bangkrut rame-rame kami dibuatnya,” beber Subekti.

Pria yang menjadi pengrajin tempe sejak 20 tahun terakhir ini juga mengaku bersama rekan-rekannya akan membentuk koperasi sebagi wadah persatuan pengrajin tempe. Diakuinya, dalam satu minggu para pengrajin tempe di Kabupaten Lebong bisa menghabiskan 3 hingga 4 ton kacang kedelai. Dia berharap dengan adanya koperasi itu nanti akan dapat mengendalikan harga beli dan harga jual. Melalui koperasi itu nanti pihaknya berencana akan belanja bahan baku dalam skala besar untuk dijual kembali kepada anggota koperasi dengan harga di bawah harga pasaran.

“Malam ini juga kita sepakat untuk membentuk koperasi bagi pengrajin tempe dan tahu. Nama koperasinya  kita sudah sepakat, yakni, Koperasi Maju Bersama. Kita akan urus kelengkapannya. Harapan kita di Koperasi ini nanti akan dapat mengakomodir semua bahan baku tempe dan tahu, mulai dari kacang, ragi,plastik dan lainnya yang berhubungan dengan tempe dan tahu,” tandasnya. (YF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *