GO BENGKULU, KEPAHIANG – Event Mountain Valley Festival telah berlalu, namun cerita Kelam dibalik perhelatan akbar ini masih membekas. Khususnya Petugas kebersihan alias pasukan kuning. Para petugas kebersihan dari DLH yang bertugas di acara MVF mengeluhkan tanggung jawab dari Dinas Pariwisata, baik terkait honor, transport atau pun uang makan selama mereka bertugas di sana.
Dikatakan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kepahiang, Mukhtar Yatib, S.Pd, pihaknya menugaskan sebanyak 15 orang, 2 orang petugas pengangkut sampah dan 13 orang tukang sapu. SPT dengan No 828/779/DLH Bid.5/IX/2019 menugaskan 15 orang tersebut untuk kebersihan di acara Mountain Valley Festival selama 5 hari terhitung mulai 23 hingga 27 September 2019.
“Pihak pariwisata menyurati kami untuk meminjam petugas kebersihan, ya makanya kita keluarkan SPT kepada 15 orang itu, tapi mereka kita tugaskan setelah menyelesaikan tugas rutinnya,” ujar Muktar, Selasa (1/10).
Terkait honor, uang makan ataupun transport, menururut Muktar seharusnya menjadi tanggung jawab Dinas Pariwisata, karena mereka bekerja untuk Dinas Pariwisata dan di luar jam kerjanya di DLH.
“Seharusnya kan honor mereka dari Dinas Pariwisata, kan mereka yang menyurati kami untuk minjam petugas kebersihan, makanya kita kasih tapi dengan catatan setelah menyelesaikan kewajiban rutinnya,” tutur Muktar.
Hal senada diucapkan Kabid Kebersihan DLH, Toni, beliau sangat menyayangkan atas ketidak pedulian Dinas Pariwisata terhadap petugas kebersihan DLH yang ditugaskan di acara MVF, dikatakannya demikian, terlihat di lapangan tidak ada pemerataan pembagian nasi, sehingga ada anggotanya yang tidak kebagian jatah nasi sewaktu bekerja. Bahkan ada anggotanya yang pingsan saat bertugas hingga harus dirujuk ke Puskesmas Kabawetan bahkan harus dirujuk ke RSUD Kepahiang, tapi tidak ada kepedulian dari Dinas Pariwisata.
“Di hari pertama tim kebersihan hanya kebagian nasi 10 orang saja, sementara 5 orang tidak kebagian. Bahkan sehari sebelum penutupan ada salah satu petugas kebersihan kita yang pingsan dan harus dirujuk ke RSUD, jangankan untuk membiayai pengobatan, melihat saja tidak, saya sangat kecewa dengan ketidak pedulian dari Disparpora, sementara MVF itu kan acaranya Pariwisata,” sesalnya.
Menanggapi hal itu Kepala Dinas Pariwisata Tedy Adeba, ST, melalui Sekretaris Disparpora, Nuriansyah, ST. menepis hal itu. Menurutnya MVF bukan semata-mata tanggung jawab Dinas Pariwisata, tapi tanggung jawab semua OPD, masing-masing OPD punya peran disitu sesuai dengan sektornya. Setiap OPD menurut Nuriansyah punya tanggung jawab dan anggaran sendiri-sendiri. Beliaupun menepis kalau Dinas Pariwisata dikatakan sebagai leading sector, menurutnya MVF adalah tanggung jawab bersama.
“MVF bukanlah acara Dinas Pariwisata, tapi itu acara kita bersama, semua OPD harus berperan sesuai dengan bidangnya, itu kan yang selalu diucapkan saat rapat sebelumnya,” elak Nuriansyah.
Terkait uang transport atau pun uang makan petugas kebersihan dari DLH, itu pun bukan tanggung jawabnya, menurut Nuriansyah, itulah salah satu bentuk kontribusi DLH dalam menyukseskan acara MVF.
“Masalah honor, transport atau pun makan petugas kebersihan bukan tanggung jawab kami, itu kan DLH ya tanggung jawabnya lah, tahu kami lokasi MVF bersih, itulah salah satu bentuk kontribusi DLH dalam menyukseskan MVF,” jelasnya.
Ditanya berapa anggaran yang digelontorkan untuk event MVF 2019, beliau mengaku tidak tahu. Dikatakannya, anggaran MFV 2019 tidak terpusat di satu OPD, masing-masing OPD punya anggaran sendiri-sendiri. Sementara berapa anggaran yang digelontorkan dari Dinas Pariwisata sendiri beliaupun mengaku lupa.
“Saya gak ingat berapa,” singkatnya.
Diketahui proyek pembangunan Rest Area I, lokasi yang dipersiapkan untuk acara MVF 2019 bersumber dari APBD Kabupaten Kepahiang TA.2018 sebesar Rp1.308.651.000,- yang di kerjakan oleh Cv. Agra Jaya Konstruksi, dengan waktu pelaksanaan 15 Agustus 2018 sd 27 Desember 2018. Sementara kondisinya sekarang sudah banyak yang rusak. Menariknya pada fasilitas MCK / Toilet hanya ditemukan Tedmond, Steger dan pipa yang salah satunya ditanam ke tanah menyambung ke tedmond dan satu pipa lagi masuk ke toilet, sementara tidak ada sumber Mata Air baik sumur ataupun saluran ledeng.(**)