GO BENGKULU, KEPAHIANG – Event Mountain Valley Festival telah usai, event tahunan Kabupaten Kepahiang yang digelar di Desa Sidorejo, Kecamatan Kabawetan, resmi ditutup Bupati Kepahiang Dr. Ir. Hidayatullah Sjahid, MM., IPU, Jumat (27/9). Secara umum event yang digadang-gadangkan guna menyambut wonderfull 2020 itu berlangsung sukses. Lima hari telah berlalu, berbagai kegitan digelar dan berbagai produk ditampilkan. Namun di balik suksesnya acara ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan sebagai bahan evaluasi untuk berbenah kedepannya.
Bupati Kepahiang, Dr.Ir.Hidayatullah Sjahid, MM., IPU. berhasil dibincangi awak media terkait penyelenggaraan Event Mountain Valley 2019, beliau menilai secara umum acara berlangsung sukses. Dikatakannya, acara level Provinsi yang digelar di Kabupaten dan baru tahun ke dua, dengan hasil demikian itu cukup luar biasa. Tapi dirinya pun tak ingin cepat puas, beliau berharap untuk tahun berikutnya akan lebih baik lagi.
“Secara umum acara ini saya nilai sukses, ini kan acara level Provinsi dan baru tahun ke dua, tapi yang pasti saya tidak cepat puas untuk tahun depan harus lebih baik lagi,” ujarnya.
Ditanya terkait kinerja panitia pelaksana, beliau agak sedikit ragu menjawab seakan menyimpan seribu catatan. Namun akhirnya beliau membeberkan, dirinya mengaku kurang puas dengan panitia pelaksana, terutama Dinas Pariwisata selaku leading sektor, beliau sebut Dinas Pariwisata bekerja kurang dengan hati nurani, untuk itu beliau berharap di tahun depan ada perubahan dan dapat ditingkatkan.
“Memang masih banyak kelemahan, pariwisata selaku leading sektor saya nilai bekerja kurang dengan hati nurani, kerja itukan harus dengan hati nurani, jadi saya harap untuk dapat ditingkatkan,” ungkapnya dengan nada sedikit kesal, Jumat (27/9).
Sementara Kepala Dinas Pariwisata, Teddy Adeba, ST. didampingi Sekdis Pariwisata, Nuriansyah, ST. menanggapi statement Bupati yang mengatakan Dinas Pariwisata bekerja tidak dengan hati nurani, beliau menyangah hal itu. Menurtnya, Dinas Pariwisata sudah bekerja maksimal untuk mensukseskan Event MVF. Dikatakannya, event MVF bukan hanya tanggung jawab Dinas Pariwisata, tapi banyak OPD lain yang terlibat di dalamnya.
“Kami merasa sudah bekerja maksimal, tapi dak tahu lah kenapa statement pak Bupati seperti itu, kegiatan inikan bukan pariwisata tok yang punya, kan ada beberapa OPD yang terlibat di sini. Yang pasti kami Dinas Pariwisata sudah maksimal, kalu OPD lain kami dak tahu,” sanggahnya.
Pantauan awak media di lapangan, masih minimnya fasilitas pendukung bagi peserta event maupun pengunjung, seperti minimnya toilet umum di lokasi digelarnya acara sehingga para penjaga stand ataupun pengunjung kebingungan ketika mau buang air kecil (BAK) atau pun buang air besar (BAB), yang akhirnya memaksa pengunjung BAK sembarangan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman. Kemudian lahan parkir semraut dan pengaturan lalu lintas jalan kurang, sehingga kerap kali menimbulkan kemacetan, tambah lagi akses jalan satu-satunya yang masih tergolong sangat sempit sehingg potensi terjadi kecelakaan. Terbukti di hari ke dua digelarnya acara ada kendaraan yang terpaksa kehilangan kaca spionnya akibat senggolan sesama kendaraan pengunjung.
“Kaca spion ku pecah senggolan sesamo mobil tadi, cak mano dak nyenggol mobil rami jalan kecik yang ngatur jalan jugo dak do,” ungkap salah satu pengunjung yang mengaku bernama Rio, dengan nada kesal menggunakan logat bahasa daerah setempat sembari menunjukkan spion mobilnya terkulai patah, Selasa (24/9).
Bukan hanya itu saja, panitia pelaksana pun terlihat kurang kompak dan lepas tanggung jawab. Seperti pada pembukaan acara (23/9) tanpa kehadiran ketua panitia penyelenggara, kodisi tersebut menggambarkan kurangnya kekompakan dan rasa tanggung jawab panitia itu sendiri.
Listrik di stand pameran pun kerap mengalami gangguan, sehingga pelayanan terhadap para tamu pun tidak maksimal. Parahnya lagi hampir seluruh stand yang ada di lokasi MVF basah kuyup dan banjir di saat hujan. Pasalnya, stand hanya dibekali dengan atap yang terbuat dari kain tanpa lapisan pelastik ataupun terpal anti hujan, sehingga banyak produk unggulan yang dipamerkan basah dan rusak.
“Ini cak mano perencanaannyo, maso dak tepikir kalu seandainyo turun hujan, kalu cak ini kan kacau, barang pameran yang kami pajang laju rusak galo, kitanya pun jadi dak nyaman di stand tempat basah kuyup cak ini,” ungkap salah satu penjaga stand yang enggan disebutkan namanya (24/9). (OJ)