/
/
DaerahheadlineLebongOpini

Untuk Bahan Renungan, Hampir Setiap Tahun Lebong Dilanda Bencana Banjir dan Longsor

138
×

Untuk Bahan Renungan, Hampir Setiap Tahun Lebong Dilanda Bencana Banjir dan Longsor

Sebarkan artikel ini

Jumat, 8 Februari 2019

PENULIS : YOFING DT

GO BENGKULU, LEBONG – Tahun 2019 menjadi tahun yang patut direnungkan bagi  masyarakat Lebong, bagaimana tidak di awal tahun saja Lebong sudah disambut berbagai bencana, mulai dari puting beliung, banjir hingga longsor yang menimbulkan kerugian meteril bagi masyarakat.

Berawal pada tanggal 11 Januari sekira pukul 16.00 WIB bencana puting beliung menerjang rumah warga masyarakat Kecamtan Amen, tepatnya di Desa Talang Bunut. Dari kejadian tersebut sedikitnya 7 rumah warga mengalami rusak berat.

Tidak hanya itu, belakangan terakhir hampir setiap hari cuaca ekstrim menghantui masyarakat Lebong. Hujan angin diiringi petir selalu menghiasi hari-hari. Dimana biasanya hujan turun ba’da dzuhur hingga malam dan tak jarang pula dari pagi hingga ke pagi lagi. Akibat dari intensitas curah hujan tinggi, bencana demi bencana selalu terjadi. Longsor dimana-mana, banjirpun ikut berpesta.

Awal Februari Lebong kembali berduka, beberapa titik ruas jalan tertutup longsor dan banjir mulai dari jalan Kabupaten hingga jalan Provinsi yang membuat Kabupaten Lebong terisolir.

Banjir dan longsor lebong

Bearawal pada Selasa (5/2) longsor disertai banjir bandang yang menenggelamkan ratusan rumah warga di wilayah Kecamatan Lebong Utara dan Amen akibat dari luapan air Raman.

Kemudian keesokan harinya tepatnya Rabu sore (6/2) banjir bandang kembali menerpa daerah persawahan Tabeak Dipoa dan Desa Uram Jaya, yang mengakibatkan puluhan hektare sawah warga tertimbun material batu pasir dan terancam tidak bisa digarap lagi akibat dari luapan dan derasnya Sungai Bioa Baes. Tidak hanya itu di hari yang sama longsor disetai batang roboh juga terjadi di jalan penghubung antara Kecamatan Lebong Sakti menuju Kecamatan Uram Jaya atau jalan yang lebih dikenal dengan puncak Rosjonsyah yang tertutup longsor dan batang roboh. Dari musibah ini terdapat sebanyak 24 warga yang terpaksa harus merelakan sawah mereka tertutup material batu pasir, dan dipastikan gagal panen.

Belum lagi usai meninjau dan mengkaji solusi untuk persawahan warga yang tertutup material batu pasir, Kamis (7/2) banjir dan longsor kembali terjadi di daerah Kecamtan Rimbo Pengadang tepatnya di daerah Talang Ratu ditambah lagi jalan Lebong – Bengkulu Utara tepatnya di daerah Bukit Resam yang membuat Kabuapaten Lebong terisolir dari berbagai penjuru.

Jumat sempat hening sejenak, namun Sabtu (9/2) bencana kembali terjadi, longsor di Bukit Resam dan Talang Ratu yang membuat Lebong kembali terisolir dan tidak bisa dilewati.

Bencanapun belum berakhir Keesokan harinya, Minggu (10/2) longsor disertai batang roboh kembali terjadi lagi di daerah Talang Ratu yang membuat akses jalan Muara Aman-Curup tidak bisa dilalui. Begitu banyak kendaraan/pengguna jalan yang terjebak saat itu dan membutuhkan waktu cukup lama untuk mengurai kemacetan lantaran kendaraan dari kedua arah sama-sama padat saat itu dan terpaksa dilakukan sistem buka tutup.

Berharap bencana tidak lagi terjadi, namun apadaya yang maha Kuasa berkehendak lain, Senin (11/2) hujan kembali mengguyuri Kabupaten Lebong yang mengakibatkan sungai Biyoa Nge’ai meluap dan menenggelamkan rumah warga Semelako dan Karang Anyar. Ratusan rumah tergenang air serta puluhan hektare sawah wargapun tenggelam dan padi-padi merekapun terancam gagal panen.

Selasa 12 Februari bencana belum juga beranjak dari Kabupaten Lebong, longsor kembali terjadi di Kecamatan Rimbo Pengadang tepatnya di dekat taman buah Monte Carlo, akses jalan Muara Aman-Curup kembali tertutup.

Tidak berhenti sampai disitu hampir setiap hari Kabupaten Lebong diguyur hujan yang menakutkan membuat warga cemas terutama yang tinggal di sepanjang bantaran sungai.

PGE dan Rimbo Pengadang

Memasuki bulan ketiga 2019 curah hujan masih saja tinggi dan dikhawatirkan kembali membawa bencana banjir dan longsor. Namun demikian manusia selaku makhluk Tuhan yang lemah tidak bisa berbuat banyak hanya bisa berusaha dan berdo’a semoga hujan yang diturunkan sang Khalik membawa berkah dan dijauhi dari bencana.

Pantauan awak gobengkulu.com sejauh ini belum ada tindakan konkrit dari pemerintah Kabupaten Lebong untuk mengatasi permasalahan tersebut, hanya sebatas bantuan masa panik berupa sembako saja dan belum ada solusi dari bencana yang melanda, belum terlihat langkah nyata yang diperbuat untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hanya sebatas tinjauan ke lapangan yang sedikit menjanjikan harapan untuk warga, namun apa dan kapan realisasinya masih menjadi tanda tanya besar.

Dikatakan demikian bukan tanpa alasan, terbukti hingga sekarang masih terdapat puluhan hektare sawah warga Kecamatan Bingin Kuning yang hancur babak bingkas dampak dari banjir Biyoa Bungai belum juga direnovasi sehingga tidak bisa dimanfaatkan lagi. Khususnya sawah di sepanjan aliran sungai Biyoa Bungai, Desa Bungin, Kecamatan Bingin Kuning dampak dari banjir Februari 2018 lalu. Ditambah lagi puluhan hektare sawah warga Tabeak Dipoa dan Uram Jaya yang tertutup material batu dan pasir dampak dari banjir beberapa waktu lalu.

Kabupaten Lebong memang menjadi langganan bencana setiap tahunnya. Terpantau sejak tahun 2016, pada hari Kamis 28 April terjadi kejadian luar biasa yakni, longsor dan banjir bandang terjadi di kawasan proyek PT.PGE Hulu Lais yang menelan 4 orang korban. Kemudian disusul longsor di Desa Teluk Dien, Kecamatan Rimbo Pengadang pada tanggal 10 Mei 2016 yang saat itu juga menelan 1 orang korban, dimana tempat tersebut sekarang sudah dibangun Hotel Dayang Reginang milik Bupati H.Rosjonsyah,S.IP.,M.Si.

Banjir Sabo

Tahun 2017 Lebong juga tetap mendapat bagian dari bencana, tepatnya 5 Mei longsor dahsyat kembali menimpa Kabupaten Lebong, kali ini longsor terjadi di beberapa titik yakni, di Kecamtan Lebong Selatan tepatnya di Desa Kota Donok dan Sukasari. Kecamatan Rimbo Pengadang terjadi di Desa Talang Ratu, Desa Talang Kodok, dan Topos. Longsor sekali ini mengakibatkan sedikitnya 50 rumah warga tertimbun dan rusak berat.

Pada saat itu Bupati Lebong, H.Rosjonsyah, S.IP.,M.Si. turun langsung meninjau lokasi di beberapa titik longsor. Dalam pidatonya beliau mengucapkan rasa bela sungkawanya dan berjanji akan merelokasi rumah warga yang tertimpa bencana, namun hingga saat ini rumah wargapun belum dibangun.

“Ini merupakan bencana besar dan semuanya atas kehendak yang di Atas, saya turut berduka atas kejadian ini, kalau saya lihat tempat ini (sekitaran longsor Desa Sukasari,red) sudah tidak aman, saya minta kepada BPBD untuk menurunkan tim meninjau tempat ini, masih layakkah atau tidak untuk ditempati dan saya minta kepada kepala desa untuk mendata semua warga yang tertimpa bencana termasuk yang warga yang tinggal di sekitar sini yang terindikasi rawan bencana, semuanya nanti akan kita relokasi ke daerah yang lebih aman dan akan kita bantu bangun rumah mereka kembali,”ujarnya.

Belajar dari pengalaman seharusnya Pemerintah Kabupaten Lebong harus benar-benar siap, baik moril maupun materil serta langkah-langkah strategis yang diambil untuk mengantisipasi kemungkinan serupa. Bercermin ke belakang di tahun-tahun sebelumnya hampir setiap tahun Kabupaten Lebong dilanda bencana banjir dan longsor, yang paling ekstrim di bulan Februari hingga Mei setiap tahunnya.

Baca juga : Lebong Darurat Bencana, Puluhan Hektare Sawah Tertutup Material

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *