Senin, 03 Desember 2018
PEWARTA : YOFING DT
GO LEBONG – Terkait SD Negeri 88 Negeri Lebong, yang terletak di Desa Talang Donok, Kecamatan Topos, yang sempat viral di media sosial dimana ada salah satu akun yang memposting keadaan siswa sedang belajar di lantai beralaskan tikar lantran ketiadaan meubeler, seharusnya itu tidak terjadi kalau komunikasi dan koordinasi kita nyambung, hal ini disampaikan penjabat sekdakab Lebong H.Dalmuji Suranto ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, Senin (03/12).
Baca juga : Miris, Siswa SDN 88 Lebong Belajar di Lantai Beralaskan Tikar
Menurut Dalmuji, sangat lucu kalau kita beralasan atau berdebat saling mempertahankan argumen mencari pembenaran dengan alasan ketiadaan anggaran atau anggaran yang diusulkan tidak diakomodir. Tapi yang menjadi pertanyaan dimana letak empati kita selaku orang Dinas unsur dari pemerintahan atau masyarakat setempat, masa kita tega melihat anak-anak kita calon penerus bangsa belajar di lantai beralaskan tikar, karena seperti kita ketahui nilai anggaran yang dibutuhkan untuk mengadakan meubeler sekolah tersebut tidak seberapa, mungkin tidak menghabiskan uang rokok kita satu bulan karena di SD Negeri 88 Lebong hanya terdapat 8 siswa yang belajar duduk di lantai, kalau dihitung paling juga berapa uangnya, tetapi tinggal kitanya lagi, mari kita jalin komunikasi yang baik dan pihak dinas terkait tolong lebih dipantau lagi kebawah agar kita tahu apa permasalahan dibawah.
“Tolong Dinas terkait lebih maksimalkan lagi pantauan kebawah dan juga kepala sekolah yang bersangkutan harap lebih aktif lagi koordinasi dengan Dinas, sampaikan permasalahan dan keluhan yang ada, kalau didiamkan aja kita mana tahu,“ujar Sekda.
Lanjut Sekda, setiap OPD harus bisa memilih mana program yang memang harus diprioritaskan dan mana yang masih bisa ditunda, karena tidak semua program bisa diakomodir, mengingat Lebong saat ini sedang mengalami defisit. Tolog buat perencanaan yang matang dan pastikan program yang sifatnya urgen tidak terlewatkan.
“ Tolong dipilih mana yang sifatnya urgen dan mana yang sfatnya masih bisa ditunda, tapi kalau hanya meja dan kursi 8 buah tidak usah beralasan anggaran, lucu itu,” tutur Dalmuji.
Pantauan awak media, pasca viralnya peristiwa murid SD Negeri 88 Lebong di media sosial, DPRD Lebong dan Disdikbud menggelar hearing di ruang rapat DPRD Lebong (01/12), tapi betapa memalukannya lagi saat hearing digelar terjadi perdebatan dan aksi tepuk meja serta saling tunjuk antara Kepala Dinas Dikbud H.Taufik Andary,M.Pd dengan Komisi I DPRD Lebong. Dimana pasca mencuatnya peristiwa tersebut ketika dikonfirmasi awak media, Kadis Dikbud beralasan tidak bisa mengadakan meubeler di sekolah tersebut lantaran anggaran dicoret oleh legislatif, sementara menurut Apriantono,SE mewakili dari Komisi I DPRD Lebong, hal tersebut tidak benar, pihaknya tidak pernah mencoret anggaran selagi itu bisa dipertanggungjawabkan dan jelas asas manfaatnya.
“Kami sudah mengajukan anggaran untuk meubeler sejak tahun 2016 lalu untuk diakomodir di APBD 2017 tapi tidak diakomodir, tahun inipun kami juga tidak ada anggaran untuk meubeler,”jelas Taufik.
Kemudian disahut oleh Apriantono mewakili dari komisi I DPRD Lebong,
“Kami tidak pernah mencoret anggaran untuk pendidikan tanpa alasan yang jelas, tetapi sejauh ini kami tidak pernah melihat adanya pengajuan meubeler di rencana kerja anggaran (RKA) Dikbud dua tahun terakhir, jadi aneh aja kalau alasannya pihak legislatif yang coret anggaran, tolong jangan saling menyalahkanlah,”tepis Tono.
Dari perdebatan tersebut akhirnya rapat ditutup dan dipending untuk sementara.