/
/
headlineLebong

Miris, Siswa SDN 88 Lebong Belajar di Lantai Beralaskan Tikar

194
×

Miris, Siswa SDN 88 Lebong Belajar di Lantai Beralaskan Tikar

Sebarkan artikel ini

Sabtu, 01 Desember 2018

PEWARTA : YOFING DT

GO LEBONG Sungguh miris melihat keadaan siswa SDN 88 Lebong yang terpaksa menjalani kegiatan belajar mengajar duduk di lantai dengan beralaskan tikar lantaran ketiadaan meubeler sekolah. SDN 88 ini dibangun sejak tahun 2016 lalu dan mulai dioperasikan sejak 2017, yang terletak di Desa Talang Donok, Kecamatan Topos, memiliki sebanyak 15 siswa yang terdiri dari 8 siswa kelas I dan 7 siswa kelas II.

Kepala sekolah SDN 88 Sofian, ketika dikonfirmasi awak gobengkulu.com (29/11) membenarkan sudah hampir 2 tahun sekolah berjalan tapi belum sekalipun mendapat bantuan dari pemerintah dalam bentuk apapun. Tenaga pengajar juga ada dua, dirinya sendiri dibantu satu tenaga honorer untuk guru kelas, kemudian ada lagi penjaga sekolah dan operator. Namun dijelaskan Sofian, selama dua tahun berdiri sekolah yang ia pimpin belum memiliki meubeler sehingga anak-anak peserta didik terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar duduk lesehan di lantai ruangan dengan beralaskan tikar. Tidak hanya itu tiga tenaga honorer disana semenjak sekolah berdiri hingga sekarang belum sekalipun menerima gaji dikarenakan sumbernya memang tidak ada atau bisa dikatakan mereka kerja bakti. Kata sofian, dirinya sudah berapa kali berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan (Dikbud) Lebong, tapi kata orang dinas sudah dua tahun dianggarkan tapi belum diakomodir juga.

Terlihat siswa SDN 88 begitu gembira menerima bantuan meubeler secara pribadi dari Bupati

“Sekolah kami sudah dua tahun berjalan, tapi sampai dengan sekarang belum sekalipun mendapat bantuan berupa meubeler, dana BOS ataupun bantuan lainnya, ya mau tidak mau terpaksa kami melaksanakan proses belajar mengajar menggunakan tikar duduk di lantai, tenaga honorerpun yang sudah bekerja selama dua tahun disini belum pernah sekalipun menerima gaji karena memang anggarannya tidak ada, untung aja mereka punya hati yang mulia yang rela mengabdi demi masa depan anak bangsa, walaupun tidak dibayar sama sekali,” ungkap Sofian.

Diharapkan oleh Sofian, semoga ini menjadi perhatian pemerintah agar bisa lebih diperhatikan lagi kedepannya.Dulu jumlah murid kami berjumlah 19 orang tapi karena melihat kondisi sekolah yang memprihatinkan akhirnya orang tua siswa memindahkan anaknya ke sekolah lain dan sekarang hanya tersisa 15 orang, dikhawatirkan dengan keadaan yang seperti ini, daya minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah kami berkurang dan besar kemungkinan sekolah akan tutup karena tidak ada siswa.

“Saya selaku kepala sekolah sangat berharap agar pemerintah dapat lebih memperhatikan nasip kami, agar kami bisa keluar dari permasalahan ini dan agar anak-anak didik kami bisa mendapatkan hak yang sama dengan anak-anak lainnya,”harap Sofian.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebong, M Taufik Andary,M.Pd melalui Kepala Bidang Pembinaan dan Pendidikan, Andri Darmawan, S.Pd, menjelaskan pihaknya sudah berapa kali mengajukan anggaran untuk meubeler sekolah tersebut, tapi sudah berapa kali dianggarkan belum diakomodir juga oleh pihak legislatif.

“Kalau kami dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sudah berapa kali mengajukan anggaran untuk sekolah tersebut, tapi belum diakomodir juga, kemudian kami usahakan untuk di APBDP tahun 2018 tapi tetap saja dicoret, kalau sudah begitu kami bisa apa,”ungkap Andri.

Ditambahkan oleh Andri, hal tersebut bukan masalah biasa dan sudah termasuk masalah nasional dan harus diperhatikan.

“Seharusnya pihak legislatif bisa memilah mana yang skala prioritas dan mana yang bisa ditunda, nantilah proyek yang lain-lain lihat dulu mana yang sifatnya urgen dan mana yang biasa, semoga saja nanti di 2019 tidak dicoret lagi,”sampai Andri.

Pantauan awak gobengkulu.com, keadaan ini terungkap berawal dari postingan salah seorang warga kecamatan Topos di media sosial di akun pribadi miliknya (28/11) yang kemudian langsung dilirik kalangan publik.

Dengan mencuatnya peristiwa tersebut di media sosial, Bupati Lebong H.Rosjonsyah,SIP,M.Si langsung mengirimkan bantuan secara pribadi berupa meubeler ke SDN 88 dan menyampaikan permohonan maafnya atas kejadian tersebut (29/11). Kata Bupati, dirinya sungguh tidak tahu kalau di Kabupaten Lebong yang dia pimpin ini, masih ada sekolah yang anak-anaknya belajar di lantai karena ketiadaan meubeler. Saya himbau agar dinas terkait khususnya Dinas Pendidikan agar lebih memperhatikan dan memantau sekolah-sekolah dan jangan sampai hal buruk yang memilukan tersebut terulang lagi.

“Saya sungguh tidak tahu kalau masih ada sekolah di Kabupaten Lebong ini yang belajar di lantai karena ketiadaan meubeler karena tidak ada yang melaporkan atau menyampaikan kepada saya, saya harap peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi dan kepada dinas terkait harap lebih dipantau lagi kebawah, ini sunguh memperihatinkan dan saya pastikan tidak akan terjadi lagi,”ungkap Bupati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *