GO BENGKULU, LEBONG – Lebong memang unik dan mengandung seribu sejarah dan budaya yang patut dilestarikan. Seperti bahasa,tari dan budaya lainnya.Salah satu kearifan lokal yang masih melekat di daerah itu ada yang namanya “Kedurai Apem”.Gelaran dimaksud semacam ritual adat yang dipercaya untuk mengenang tenggelamnya Desa Trasmambang, asal dari nenek moyang masyarakat dari beberapa desa yakni, Desa Semelako, Bungin, Talang Kerinci, Dan Karang Dapo.
Warga lima desa tersebut membawa kue apem yang dimasak dari rumah, kemudian dikumpulkan di lokasi tepatnya di bawah pohon beringin kuning di daerah Pasir Lebar atau lebih dikenal daerah Sabo di Desa Bungin, Kecamatan Bingin Kuning,Kabupaten Lebong, kemudian dilakukan semacam ritual terhadap kue apem tersebut, setelah kuenya diritul oleh juru kunci kue tersebut kembali direbut oleh masyarakat kemudian melakukan aksi lempar-lemparan dengan kue apem tersebut.
Minggu (28/10) pagi, Desa Semelako Atas kembali menyelenggarakan upacara adat Kedurai Apem di kawasan Pasir Lebar, yang diikuti beberapa desa lainnya seperti, Semelako Satu, Semelako Dua, Semelako Tiga, Danau Liang, Bungin, Talang Kerinci, Karang Dapo, Dan Pungguk Pedaro.
Rudy (17) warga Desa Semelako Dua,Kecamatan Lebong Tengah yang ikut hadir menyaksikan acara tersebut menyampaikan, dia sangat senang dan setuju dengan adanya gelaran tersebut, namun dia mengeluh akses jalan ke lokasi masih buruk dan bebatuan, terus panas tidak ada tempat berteduh.
“Senang dengan adanya acara sepeti ini rame banyak orang yang datang, tapi jalan buat kesininya itu buruk tambah lagi panas tidak ada tempat berteduh,” ungkap Rudy.
Sementara Kepala Desa Semelako Atas, Rizen ketika dibincangi awak media gobengkulu.com (28/10), menyampaikan acara Kedurai Apem selalu dilaksanakan setiap tahunnya dan akan tetap dilestarikan mengingat kearifan lokal merupakan kekayan suatu daerah dan tidak semua daerah memilikinya. Acara ini biasanya ramai pengunjung setiap tahunnya, untuk itu menurut Rizen perlu adanya perbaikan akses jalan menuju ke lokasi karena kondisi sekarang akses ke lokasi jalannya masih buruk dan tidak ada tempat berteduh di lokasi pergelaran.
“Akses jalan ke lokasi masih buruk, tahun depan kita upayakan untuk dibangun, dananya darimana kita belum tahu apakah dari dana desa atau sumber dana lainnya,” sampai Rizen.
Lebih jauh Rizen menyampaikan, sumber dana acara yang digelarnya itu berasal dari sumbangan beberapa kepala desa dan camat.
“Kita urunan dari beberapa kepala desa, Camat, dan ada juga sumbangan warga,” tandasnya.
Dalam acara tersebut tampak hadir Camat Bingin Kuning Ir.Eva Gustiantina, beberapa Kepala desa, tokoh adat dan ratusan warga lainnya.